1. Batasi jumlah furniture Lantaran, kehadiran furniture
dapat ‘mematikan ruang’. Umpamanya, bila meja makan dikeluarkan, jadi itu
bukanlah lagi ruangan makan. Demikian badan memerlukan pertolongan untuk
kenyamanan menulis, makan, tidur, dan sebagainya, di waktu tersebut furniture
dibutuhkan.
2. Janganlah takut gunakan kayu. Umumnya, kayu untuk
furniture Indonesia datang dari rimba perhutani (perusahaan negara) atau
pekarangan orang-orang. Jadi, asumsi bahwa kayunya di ambil dari rimba
Kalimantan, sumber paru-paru dunia, tidak seutuhnya benar.
3. Beli furniture product lokal. Saat kita beli sofa yang
diekspor dari Eropa, demikian boros bahan bakar yang dipakai untuk membawanya
hingga ke ruangan keluarga kita. Bahkan juga, bila kayunya nyatanya dibawa dari
Kalimantan, terbayang borosnya cost serta daya untuk 2 x perjalanan!
4. Pakai kayu ekolabel. Memakai kayu yang datang dari rimba
yang dikelola petani kayu, bermakna kita menolong petani kayu untuk lakukan
stoking carbon (persediaan oksigen). Di Sulawesi Tenggara, kayu petani
ditangani dengan system community logging. Beberapa petani berhimpun dalam
wadah Koperasi Rimba Jaya Lestari Indonesia.
5. Pakai furniture ekolabel. Yang beredar di Indonesia ada
yang sudah mengantongi surat referensi dari Forest Stewardship Council (FSC),
instansi internasional berdiri sendiri di Bonn, Jerman. Ada juga furniture
ekolabel dengan harga lebih murah, yaitu yang di produksi dengan cara simpel
oleh perajin yang tergabung dalam Asosiasi Perajin Kecil Jepara. Dengan
pengawasan dengan cara mandiri, mereka meyakinkan semua sistem produksi tak
mengakibatkan kerusakan alam serta lingkungan.
6. Sistem produksi sustainable (berlanjut). Tanyakan hal
semacam ini pada desainer serta produsen furniture yang bakal Anda beli.
Tentukan furniture yang bahan bakunya dari petani yang mengelola kebunnya tak
sekali habis waktu panen, tetapi selalu lakukan reboisasi (tanam yang baru).
7. Membuat perlindungan pekerja. Berarti, terlepas dari
eksploitasi sumber daya manusia. Pabrik furniture tak mempekerjakan anak-anak
atau orang lansia. Pekerja diupah dengan cara lumrah.
8. Tentukan yang paling efektif materialnya. Lantaran, kayu
mesti dihemat. Semakin bagus lagi menggunakan furniture dari bambu. Bambu lebih
cepat tumbuh demikian ditebang. Tidakkah saat ini semakin banyak furniture dari
bambu yang moderen serta enteng di kantong?
9. Reuse furniture. Pakai furniture lama/sisa yang layak
gunakan, supaya tak semakin banyak pohon (dari rimba lindung) yang ditebang. Dapat
pula dibongkar, lantas di desain lagi. Tetapi, itu bermakna ada sedikit faedah
kayu yang terbuang.
10. Pakai tekstil furniture berbahan alam, seperti sutra
atau katun. Ini pastinya lebih ramah lingkungan di banding bahan sintetis,
seperti plastik serta yang lain.
11. Medium density fibreboard (MDF), dapat pula jadi
material pilihan. Terbagi dalam serbuk kayu yang dipadatkan serta dilapisi oleh
satu bahan seperti tripleks, yang membuahkan kayu sama kayu solid. Terkecuali
lebih enteng, lebih sedikit juga kayu yang digunakan. Walau demikian, produksi
MDF serta multipleks di pabrik juga mengambil alih banyak bahan bakar serta
daya.
12. Furniture berdesain minimalis bukanlah bermakna cuma
‘bergaris-garis’. Makna minimalis, desain betul-betul untuk meraih faedah
minimal yang maksimum. Desain yang bertahan lama (long lasting), bermakna lebih
sedikit material yang terbuang lantaran rusaknya.
13. Desain interior didesain efektif. Dengan demikian, lebih
sedikit berlangsung kemungkinan salah beli furniture, salah gunakan, serta lain
sebagainya. Hingga, lebih kecil juga kemungkinan boros kayu.
@
Tagged @ Furniture
Tagged @ tips dan trik
0 komentar:
Posting Komentar - Kembali ke Konten