13 Langkah Green Furniture





1. Batasi jumlah furniture Lantaran, kehadiran furniture dapat ‘mematikan ruang’. Umpamanya, bila meja makan dikeluarkan, jadi itu bukanlah lagi ruangan makan. Demikian badan memerlukan pertolongan untuk kenyamanan menulis, makan, tidur, dan sebagainya, di waktu tersebut furniture dibutuhkan.

2. Janganlah takut gunakan kayu. Umumnya, kayu untuk furniture Indonesia datang dari rimba perhutani (perusahaan negara) atau pekarangan orang-orang. Jadi, asumsi bahwa kayunya di ambil dari rimba Kalimantan, sumber paru-paru dunia, tidak seutuhnya benar.

3. Beli furniture product lokal. Saat kita beli sofa yang diekspor dari Eropa, demikian boros bahan bakar yang dipakai untuk membawanya hingga ke ruangan keluarga kita. Bahkan juga, bila kayunya nyatanya dibawa dari Kalimantan, terbayang borosnya cost serta daya untuk 2 x perjalanan!

4. Pakai kayu ekolabel. Memakai kayu yang datang dari rimba yang dikelola petani kayu, bermakna kita menolong petani kayu untuk lakukan stoking carbon (persediaan oksigen). Di Sulawesi Tenggara, kayu petani ditangani dengan system community logging. Beberapa petani berhimpun dalam wadah Koperasi Rimba Jaya Lestari Indonesia.

5. Pakai furniture ekolabel. Yang beredar di Indonesia ada yang sudah mengantongi surat referensi dari Forest Stewardship Council (FSC), instansi internasional berdiri sendiri di Bonn, Jerman. Ada juga furniture ekolabel dengan harga lebih murah, yaitu yang di produksi dengan cara simpel oleh perajin yang tergabung dalam Asosiasi Perajin Kecil Jepara. Dengan pengawasan dengan cara mandiri, mereka meyakinkan semua sistem produksi tak mengakibatkan kerusakan alam serta lingkungan.

6. Sistem produksi sustainable (berlanjut). Tanyakan hal semacam ini pada desainer serta produsen furniture yang bakal Anda beli. Tentukan furniture yang bahan bakunya dari petani yang mengelola kebunnya tak sekali habis waktu panen, tetapi selalu lakukan reboisasi (tanam yang baru).

7. Membuat perlindungan pekerja. Berarti, terlepas dari eksploitasi sumber daya manusia. Pabrik furniture tak mempekerjakan anak-anak atau orang lansia. Pekerja diupah dengan cara lumrah.

8. Tentukan yang paling efektif materialnya. Lantaran, kayu mesti dihemat. Semakin bagus lagi menggunakan furniture dari bambu. Bambu lebih cepat tumbuh demikian ditebang. Tidakkah saat ini semakin banyak furniture dari bambu yang moderen serta enteng di kantong?

9. Reuse furniture. Pakai furniture lama/sisa yang layak gunakan, supaya tak semakin banyak pohon (dari rimba lindung) yang ditebang. Dapat pula dibongkar, lantas di desain lagi. Tetapi, itu bermakna ada sedikit faedah kayu yang terbuang.

10. Pakai tekstil furniture berbahan alam, seperti sutra atau katun. Ini pastinya lebih ramah lingkungan di banding bahan sintetis, seperti plastik serta yang lain.

11. Medium density fibreboard (MDF), dapat pula jadi material pilihan. Terbagi dalam serbuk kayu yang dipadatkan serta dilapisi oleh satu bahan seperti tripleks, yang membuahkan kayu sama kayu solid. Terkecuali lebih enteng, lebih sedikit juga kayu yang digunakan. Walau demikian, produksi MDF serta multipleks di pabrik juga mengambil alih banyak bahan bakar serta daya.

12. Furniture berdesain minimalis bukanlah bermakna cuma ‘bergaris-garis’. Makna minimalis, desain betul-betul untuk meraih faedah minimal yang maksimum. Desain yang bertahan lama (long lasting), bermakna lebih sedikit material yang terbuang lantaran rusaknya.

13. Desain interior didesain efektif. Dengan demikian, lebih sedikit berlangsung kemungkinan salah beli furniture, salah gunakan, serta lain sebagainya. Hingga, lebih kecil juga kemungkinan boros kayu.



@



0 komentar:

Posting Komentar - Kembali ke Konten

13 Langkah Green Furniture